Halaman

Selasa, 23 April 2013

Model Kurikulum Penjas


Model Kurikulum Penjas
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang peling penting dan komponen integral dari pendidikan. Keuletan pendidikan jasmani dibuktikan oleh sumbangannya yang unikterhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Thomas, Lee dan Thomas (1988: 5) menyatakan bahwa pendidikan jasmani menyumbangkan dua tujuan yang khas, yaitu 1) mengembangkan dan memelihara tingkat kebugaran jasmani sesuai untuk kesehatan dan mengajarkan mengapa kebugaran merupakan ssuatu yang penting serta bagaimana kebugaran dipengaruhi oleh latihan, 2) mengembangkan keterampilan gerak yang layak, diawali oleh keterampilan grak dasar , kemudian menuju keterampilan oalahraga tertentu, dana akhirnya menekankan pada berolahraga sepanjang hayat.
Walaupun tujuan utama program pendidikan jasmani adal mengembangkan keterampilan gerak dan kebugaran jasmani (ranah psikomotor), tetapi pengembangkan ranah kognitif dan afektif bisa pula ditingkatkan melalui perencanaan yang hati-hati. Posisi pendidikan jasmani yang sedemikian strategis menuntunya harus memiliki program yang terencana dan terukur.
Untuk membuat pengorganisasian rencana progaaram pendidikan jasmani demikian, dewasa ini telah berkembang beberapa model kurikulum. Model kurikulum adalah suatu pola umum untuk menciptakan atau membentuk desain program (Jewett, Bain dan ennis, 1994:15). Ditambahkan oleh Wuest dan Lombardo (1994:62) bahwa model kurikulum merupakan suatu metode untuk mengintegrasikan atau menyatukan proses pembelajaran dan hasilnya, memperguanakan suatu sistem nilai atau teori belajar tertentu sebagai alat pemersatunya. Ada berapa model kurikulum pendidikan jasmani yang berkembang saat ini? Model kurikulum apa yang paling baik antara model yang ada? Itulah pertanyaan yang timbul dan akan berusaha dibahas dalam tulisan ini.
1.      Sport Education
Model ini dikembangkan oleh sidentop berdasarkan atas asumsi bahwa (1) olahraha adalah bentuk lanjut dari bermain, (2) olahraga merupakan bagian penting dari kebudayaan, (3) peserta didik harus berolahraga lewat pendidikan jasmani lewat asumsi kedua dan (4) keikutsertaan peserta didik dalam olahraga harus deduai dengan perkambangannya. Sidentop (1994:3) bahwa model pendidikan olahraga merupakan suatu model kurikulum pengajaran yang dike,namgkan untuk program pendidikan jasmani demana peserta didik tidak hanya belajar secara lengkap bagaimana cara berolahraga, tetapi juga belajajr mengkoordinir dan mengatur kegiatan olahraga. Peserta didik, juga belajar bertanggung jawab secaa pribadi dna keterampilan sebagi anggota kelompok secara efektif.
Dengan pelaksanaan model ini, memungkinakan peserta mempunyai pengetahuan pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk ikut srta dalam kegiatan olahraga. Syarat penting yang perlu diperhatikan adlah olahhraga harus dimofidifikasi sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik, sehingga meraka bisa berpartisipasi secara individu maupun secaara tim dan kelompok . tujuan yang ingin dicapai oleh model kurikulum ini adalah: peserta didk belajr berpartisipasi dalam kegiatan bermain dan berolahragayang dilakasanskan di dalam suatu lingkungan yang kondusif. Semua peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengikuti kompetisi yang dilaksanakan di dalam sekolah.


2.      Healt-Related Physical Fitnes
William andarson mengembangkan model ini. Pemelliharaan dan peningkatan status kebugaran jasmani peserta didik merupakan fokus utama programnya.perencanaan model ini berasumsi bahwa aktivitas jasmani merupapkan inti gaya idup yang sehat, dan bahwa perkembangan gaya hidup yang sedemikian mememrlukan pengetahuan mengenai kebugaran jasmani yang meliputi hubungan aktivitas dan kesehatn, keterampilan jasmani yang menyehatkan, dan komitmen terhadap keutamaan latihan menutut Melograno (1996:19) meliputi : prinsip dan pengaruh latihan, desain program latihan individu berdasarkan prinsip-prinsip kebugaran, bentuk aktivitas jasmani mengembangkan kebugaran, dan kesaddaran akan pemeliharaan kebugaran jasmani.
Rose yang dikutip oleh Pate dan Hohn (1994: 61-63) membuat tujuan program bertingkat, seperti anak tangga. Tujuan terdiri dari 5 tahapan yang selalu selaras dengan perkembangan dan prtumbuhan peserta didik. Pertama, melaksanakan latihans ecara teratur: a) mempelajari kebiasaan pribadi, dan b) belajar berlatih secara teratur dan menikamatinya. Kedua, memperoleh kebugaran jasmani: a) memperoleh kriteria bugar untuk komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, b) belajar membuat tujuan kebugaran jasmani pribadi yang realistik. Ketiga, pola kebugaran jasmani: a) memilih aktivitas pribadi, dan b) mengevaluasi program latihan dan olahraga. Keempat, evaluasi diri: a) menguji kebugaran sendiri, dan b) menterjemahkan hasil tes. Kelima, memecahkan masalah dan membuat keputusan: a) merencankan program, dan b) menjadi seorang pelaku yang berpengetahuan.
Menitik beratkan pengetahuan, sikap dan perilaku, program kegiatan yang berkelanjutan, dan pengujian reguler serta penilaian individual adalah karakteristik program yang ada dalam model ini.
3.      Development Education, Movement
Model perkembangan (pendidikan lewat jasmani) pendidikan berkewajiban menciptakan suatu lingkungan belajra yang mengetahiui dan memanjukan potensi anak didik. Melograno (1996: 19-200 menyatakan bahwa karena peserta mengalami perubahan tahapan perkembangan dan pola pertumbuhan selama belajar, maka pendidikan meningkatka ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Setiap anak memiliki ”trimong” dan pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Program pendidikan jasmani harus sesuai dengan tahap perkembangan dan tingkat belajar anak. Sumbangan pendidikan jasmani terhadap dan tingkat dimaksud merupakan inti dari pendidikan lewat jasmani (”education through-the-physical”). Hal ini berarti bahwa keterampilan dasar diajarkan disekolah dasar, didikuti oleh berbagai jenis aktivitas atau unit tema, termasuk berolahraga sepanjang hayat, di sekolah lanjutan.
Model perkembangan menempatkan peserta didik pada inti kurikulum. Guru merencanakan pelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dan minat anak. Peserta didik memutuskan pemanfaatan gerakan dalam kehidupanya dan berfikir relektif akan konsekuaensi dari keputusan yang diambilnya. Ditambahkan Jewett, Bain dan Ennis (1994:247) bahwa model ini merefleksikan orientasi nilai aktualisasi diri yang menekankan pada pertumbuhan siswa secara individual. Pembuat kurikulum merencanakan program berdasarkan tingkat perkembangan siswa pada saat itu.
Sembilan puluh lima persen (95%) kurikulum pendidikan jasmani sekolah dasar di amerika serikat adalah model ini, kaena dipercayai bahwa semua ranah peserta dikembangkan secara seimbang. Tujuan model ini adalah kepuasan diri, kompeten melakukan aktivitas jasmnai, memiliki kepatutuan individu tanpa, mamapi bersosialisasi dan menentukan pilihan secara bertanggung jawab, serta mampu mengintegrasikan pengalaman.
Program yang akan dilaksanakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pendekatan holistik dalam pencarian identitas pribadi, beragam kesempatan untuk perkembangan yang maksimal, lingkungan yang sehat menjamin perbedaan individu.
4.      Model Personal Meaning
Model Personal Meaning berdasarkan atas orientasi nilai integrasi ekologi yang fokus utamanya pada ppencarian nilai secara pribadi dan perkembangan individu secara pribadi dan perkembangan individu secara holistik (jewett, Bain & Ennis, 1994:291). Hal itu berkaitan dengan perkembangan individu dalam kontek sosial tertentu dan menekan pertumbuhan akan tanggung jawab sosial. Model ini percaya bahwa usaha pendidikan diarahkan kepada perkembanga warga dunia yang siap untuk berperan serta dalam usaha bersama membangun suatu masyarakat dunia yang lebih baik. Model ini berdasarkan asumsi bahwa agar suatu pengalaman menjadi pendidikan bagi pelakunya, maka proses tersebut haruslah mempunyai manfaat dan penting bagi individu.
Dua puluh tujuan dalam model ini diidentifikasikan, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pertama, bergerak untuk memenuhi potensi perkembangan individu (perkembangan pribadi) yang terdiri dari (1) efisiensi fisiologik dan (2) kesejahteraan psikologik. Kedua bergerak untuk beradaptasi dengan dan menguasai lingkungan fisik (meniru lingkungan) yang terdiri dari (1) orientasi ruang, dan (2) manipulasi objek). Ketiga, bergerak agar bisa berhubungan dengan orang lain (interaksi sosial ) yang terdiri dari (1) berkomunikasi, (2) berhubungan dengan kelompok, dan (3) terlibat dalam peristiwa budaya (jewett, Bain & Ennis, 1994: 276-278).
Karakteristik program yang ditawarkan oleh model ini adalah; 1) menitik beratkan pada pencarian pribadi terhadap suatu arti, 2) keterampilan proses merupakan isi penting, 3) belajar dalam kontek sosial, dan 4) menekanakan pada bakat individu, kemampuan kreatif, dan kepuasan serta tujuan jangka panjang.



Keempat model kurikulum mempunyai perbedaan dalam penekanan isi program, orientasi nilai yang paling dominan. Bain (dalam Brant, 1988:133) menyatakan bahwa model kurikulum yang berkembang dan dipergunakan dalam pendidikan jasmani tidak hanya berbeda dalam pendefinisian tujuan dan struktur program, tetapi juga dalam definisi dasar isinya.
Memperhitungkan pendapat diatas, tidaklah mungkin memperbandingkan keempat model kurikulum yang ada untuk menentukan model yang terbaik. Jewett, Bain dan Ennis (1994:55) menyatakan bahwa beberapa kajian untuk membandingkan model kurikulum pendidikan jasmani telah dilakukan, tetapi seperti apel dan jeruk model-model dimaksud tidaklah mungkin diperbandingkan, karena model-model tersebut mempunyai perbedaan dalam dasar filosofi, asumsi, tujuan, dan penekanan isi program.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar